Buku Bahasa Indonesia Karen Amstrong: Sejarah Tuhan

 

Nabi-nabi telah mendapatkan kewajiban untuk mengasihi sesama, yang akan merupakan ciri khas semua agama besar yang tumbuh di Zaman Kapak. Semua ideologi baru yang berkembang di dunia berperadaban selama periode ini menekankan bahwa tolok ukur autentisitas terletak pada keberhasilan mengintegrasikan pengalaman keagamaan dengan kehidupan sehari-hari. Sudah tak memadai lagi untuk membatasi ibadah kepada Kuil dan alam mitos yang ekstratemporal. Setelah beroleh pencerahan, seorang manusia harus segera kembali ke kesibukan dunia dan mempraktikkan kebaikan kepada semua makhluk

Cita-cita sosial para nabi telah implisit dalam kultus terhadap Yahweh sejak di Sinai: kisah Pembebasan telah menekankan bahwa Tuhan berada di pihak yang lemah dan tertindas. Perbedaannya adalah bahwa kini orang-orang Israel sendiri yang berperan menjadi penindas. Pada masa visi kenabian Yesaya, dua orang nabi lainnya telah juga menyebarkan risalah yang sama di kerajaan utara yang tengah dilanda kekacauan. Pertama adalah Amos, yang bukan aristokrat seperti Yesaya melainkan hanya seorang peternak yang pada mulanya tinggal di Tekoa, sebuah tempat di kerajaan selatan. Sekitar tahun 752, Amos juga telah ditundukkan oleh sebuah perintah yang tiba-tiba mengharuskannya pergi ke kerajaan Israel di utara. Dia secara mendadak masuk ke kuil tua Betel dan memorakporandakan upacara di sana dengan ramalan tentang bencana. Amazia, pendeta Betel, mencoba mengusimya. Kita bisa mendengar bentakan penguasa arogan yang mencaci peternak tak dikenal itu. Dia menyangka Amos adalah salah seorang penubuat yang suka berkeliling secara berkelompok untuk mencari nafkah dari meramal nasib orang. "Pelihat, pergilah," Amazia berkata dengan nada menghina, "enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana! Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan." Tidak bergeming, Amos berdiri tegak dan menjawab dengan tegas bahwa dia tidak termasuk golongan penubuat tetapi mendapat mandat langsung dari Yahweh: "Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi, TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel."15 Jadi, orang-orang Betel tidak ingin mendengar pesan Yahweh? Baiklah, tetapi dia mempunyai ramalan lain buat mereka: istri-istri mereka akan bergelimang di jalan-jalan dan anak-anak mereka akan ditebas pedang, dan mereka sendiri akan mati di pengasingan, jauh dari tanah Israel. Kesendirian adalah esensi kenabian. Figur seperti Amos hidup sendirian; dia telah terputus dari ritme dan tugas-tugas masa lalu. Ini bukanlah sesuatu yang telah dipilihnya, melainkan sesuatu yang terjadi pada dirinya. Tampak seolah-olah dia telah dicerabut dari pola kesadaran yang normal dan tidak bisa lagi melakukan pengendalian diri yang biasa. Dia dipaksa menjalankan misi kenabian, entah dia menginginkannya atau tidak. Seperti diungkapkan Amos:

Distributor pusat penjualan segala alat listrik tenaga surya. Toko online jual listrik tenaga matahari. Produsen Produk solar sel murah.www.tokosolarcell.net . daftar Paket harga penjualan listrik tenaga matahari

Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? TUHAN Allah telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?

 

Amos belum terserap ke dalam nirvana peniadaan diri seperti Buddha; sebaliknya, Yahweh telah mengambil tempat egonya dan menggiringnya ke dunia lain. Amos adalah yang pertama di antara para nabi yang menekankan pentingnya keadilan sosial dan kasih sayang. Sebagaimana Buddha, dia sangat sadar akan pedihnya penderitaan manusia. Dalam ramalan Amos, Yahweh berbicara atas nama kaum tertindas, menyuarakan mereka yang tak mampu bersuara, dan mengurangi penderitaan orang-orang miskin. Pada baris pertama ramalannya, seperti yang sampai kepada kita, Yahweh berseru dengan keras dari Kuilnya di Yerusalem saat merenungkan kesengsaraan seluruh negeri di Timur Dekat, termasuk Yehuda dan Israel. Orang Israel sebenarnya sama jeleknya dengan goyim, orang non-Yahudi: mereka mungkin saja bisa bersikap acuh tak acuh terhadap kesulitan dan penderitaan kaum miskin, namun Yahweh tidak demikian. Dia memperhatikan setiap kecurangan, eksploitasi, dan tarikan napas tanpa kasih sayang: "TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: 'Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka.'"17 Apakah mereka benar-benar telah kehilangan akal sehingga menanti Hari Tuhan, ketika Yahweh akan mengagungkan Israel dan menghinakan goyim! Mereka terperanjat: "Apakah gunanya hari TUHAN itu bagimu? Hari itu kegelapan, bukan terang!"18 Mereka mengira sebagai Umat Pilihan Tuhan? Mereka telah salah memahami makna perjanjian, yang berarti tanggung jawab, bukan hak istimewa: "Dengarlah firman ini, yang diucapkan TUHAN tentang kamu, hai orang Israel!" teriak Amos, "tentang segenap kaum yang telah Kutuntun keluar dari tanah Mesir:

Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu, Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu

 

Perjanjian itu mengandung arti bahwa semua orang Israel adalah pilihan Tuhan dan, karena itu, harus diperlakukan secara layak. Tuhan tidak sekadar campur tangan dalam sejarah untuk memenangkan Israel, melainkan untuk menegakkan keadilan sosial. Inilah jaminan Tuhan dalam sejarah dan, jika diperlukan, dia akan menggunakan tentara Asyur untuk menegakkan keadilan di buminya sendiri. Tidak mengherankan, kebanyakan orang Israel menolak ajakan nabi untuk masuk ke dalam dialog dengan Yahweh. Mereka lebih suka agama kultus yang tak banyak syarat, entah di Kuil Yerusalem atau dalam kultus-kultus kesuburan Kanaan. Demikianlah keadaannya untuk seterusnya: agama kasih sayang hanya dianut oleh segelintir orang; kebanyakan penganut agama sudah puas dengan sekadar peribadatan yang bersifat lahiriah di sinagoga, gereja, kuil, dan masjid. Agama Kanaan kuno masih berkembang di Israel. Pada abad kesepuluh, Raja Yerobeam I mendirikan dua patung anak lembu di tempat kudus Dan dan Betel. Dua ratus tahun kemudian, orang Israel masih ikut dalam ritus-ritus kesuburan dan upacara seks suci di sana, sebagaimana kita lihat dalam ramalan Hosea, yang sezaman dengan Amos.20 Sebagian orang Israel tampak berpendapat bahwa Yahweh mempunyai seorang istri, seperti halnya dewa-dewa lain: para arkeolog belakangan ini telah menemukan prasasti yang ditujukan "Kepada Yahweh dan Asyeranya." Hosea merasa amat terganggu oleh kenyataan bahwa orang Israel melanggar pasal-pasal perjanjian dengan menyembah tuhan-tuhan lain, seperti Baal. Sebagaimana semua nabi baru, Hosea menaruh perhatian terhadap makna batiniah agama. Dia membuat Yahweh berfirman: "Sebab aku menyukai kasih [hesed], dan bukan kurban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah [daath Elohim], lebih daripada kurban-kurban bakaran."21 Yang dimaksudkannya bukanlah pengetahuan teologis: kata daath berasal dari kata kerja dalam bahasa Ibrani yada (mengenal) yang memiliki konotasi seksual. Sebagaimana J menyatakan bahwa Adam "mengenal" istrinya, Hawa.22 Dalam agama orang Kanaan kuno, Baal mengawini bumi dan manusia merayakan ini dengan ritual orgi, tetapi Hosea bersikeras bahwa sejak adanya perjanjian itu, Yahweh telah menggantikan posisi Baal dan mengawini orang Israel. Mereka harus mengerti bahwa Yahwehlah, bukan Baal, yang membawa

kesuburan tanah. Dia masih merayu Israel seperti seorang pencinta, bertekad untuk memikatnya dan memalingkannya dari Baal yang telah menggodanya:

Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku: Suamiku, dan tak lagi memanggil Aku: Baalku! Lalu Aku menjauhkan nama para Baal dari mulutmu, maka nama mereka tidak lagi disebut

Jika Amos menyerang kejahatan sosial, Hosea justru memikirkan hilangnya dimensi batin dalam agama orang Israel: "pengenalan" Tuhan dikaitkan dengan "hesed", yang menyiratkan penyesuaian batin dan kelekatan dengan Yahweh yang mesti melebihi ketaatan lahiriah. Hosea memberi kita wawasan mengejutkan tentang cara para nabi mengembangkan gambaran mereka tentang Tuhan. Pada awal kariernya, Yahweh tampaknya telah mengeluarkan sebuah perintah yang mengejutkan. Dia menyuruh Hosea untuk pergi dan mengawini seorang pelacur (esheth zeuunim), karena seluruh negeri telah "bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN."25 Akan tetapi, tampaknya Tuhan tidak memerintahkan Hosea untuk menyusur jalan mencari seorang perempuan sundal: esheth zeuunim (secara harfiah, berarti "seorang istri pelacur") bisa berarti seorang perempuan dengan temperamen yang siap bersetubuh dengan siapa saja atau seorang pelacur bakti dalam kultus kesuburan. Dengan keterlibatan Hosea dalam ritual-ritual kesuburan, maka istrinya, Gomer, tampaknya telah menjadi salah seorang tokoh suci dalam kultus Baal. Dengan demikian, perkawinannya merupakan simbol hubungan Yahweh dengan Israel yang tak beriman. Hosea dan Gomer mempunyai tiga anak, yang diberi nama simbolik dan penting. Anak tertua bernama Yizreel, mengambil nama peristiwa perang yang terkenal. Anak perempuan mereka diberi nama Lo-Ruhama (Yang tak Disayangi), dan adik lelakinya diberi nama Lo-Ami (Bukan Umat-Ku). Pada saat kelahiran anak ketiga ini, Yahweh telah membatalkan perjanjian dengan Israel: "Kamu ini bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Allahmu."26 Kita akan menyaksikan bahwa nabi-nabi sering terilhami untuk memberikan contoh-contoh drama kehidupan guna menjelaskan keadaan sulit umat mereka, tetapi tampaknya perkawinan Hosea tidak secara lengkap direncanakan sejak awal. Naskah itu menjelaskan bahwa Gomer belum menjadi esheth zeuunim kecuali setelah anak-anak mereka lahir. Hanya setelah berlalu banyak peristiwa baru menjadi jelas bagi Hosea bahwa perkawinannya merupakan inspirasi dari Tuhan. Kematian istrinya merupakan pengalaman menyakitkan yang menyadarkan Hosea tentang apa yang dirasakan Yahweh pada saat umatnya meninggalkan dirinya dan mencintai tuhan-tuhan lain seperti Baal. Pada mulanya Hosea tergoda untuk mencela Gomer dan tidak mau lagi ada hubungan apa-apa dengan dia: memang, hukum menetapkan bahwa seorang pria harus menceraikan istrinya yang tak beriman. Tetapi Hosea masih mencintai Gomer, dan pada akhirnya dia mencarinya lalu menebusnya dari majikannya yang baru. Hosea mempunyai hasrat sendiri untuk memenangkan Gomer kembali sebagai simbol bahwa Yahweh mau memberi kesempatan kedua bagi Israel.

Ketika para nabi menisbahkan pengalaman dan perasaan kemanusiaan mereka sendiri kepada Yahweh, dalam pengertian tertentu mereka berarti telah menciptakan sebuah ilah dalam citra mereka sendiri. Yesaya, anggota keluarga kerajaan, melihat Yahweh sebagai raja; Amos menisbahkan rasa empatinya terhadap kaum miskin kepada Yahweh; Hosea memandang Yahweh sebagai suami yang menceraikan, tetapi terus merindukan istrinya. Semua agama berawal dari antropomorfisme dalam kadar tertentu. Suatu ilah yang sangat jauh dari kemanusiaan, seperti dilukiskan oleh konsep Aristoteles tentang Penggerak yang Tidak Digerakkan, tidak dapat mengilhami pencarian spiritual. Selama proyeksi semacam ini tidak menjadi tujuan dalam dirinya sendiri, ia akan tetap berguna dan memberi manfaat. Harus dikatakan bahwa lukisan imajinatif tentang Tuhan dalam terma kemanusiaan seperti ini telah mengilhami keprihatinan sosial yang tidak terdapat di dalam Hinduisme. Ketiga agama teistik ini ikut raemiliki ciri etika sosialis-egalitariannya Amos dan Yesaya. Orang Yahudi merupakan umat pertama dari dunia kuno yang menegakkan sebuah sistem kesejahteraan yang dikagumi oleh para tetangga pagan mereka. Seperti semua nabi lain, Hosea dibayangi oleh horor penyembahan berhala. Dia merenungkan kemarahan ilahi yang mungkin akan ditimpakan kepada suku-suku di sebelah utara karena mereka menyembah tuhan-tuhan yang mereka ciptakan sendiri:

Sekarang pun mereka terus berdosa, dan membuat baginya patung tuangan dari perak dan berhala-berhala sesuai dengan kecakapan mereka; semuanya itu buatan tukang-tukang. Persembahkanlah kurban kepadanya! kata mereka, Baiklah manusia mencium anak-anak lembu!

 

Ini deskripsi yang tidak adil dan reduktif tentang agama orang Kanaan. Orang Kanaan dan Babilonia tidak pernah meyakini bahwa patung-patung dewa mereka itu suci dengan sendirinya; mereka tidak pernah membungkuk untuk menyembah sebuah patung tout court. Patung itu adalah sebuah simbol ketuhanan. Seperti halnya mitos-mitos mereka tentang peristiwa-peristiwa primordial yang tak bisa dibayangkan, patung-patung itu sebenarnya dibuat untuk mengarahkan perhatian penyembah melampaui diri mereka sendiri. Patung Marduk di Kuil Esagila dan tugu batu Asyera di Kanaan tidak pernah dipandang identik dengan tuhan-tuhan, namun sekadar fokus yang membantu orang memusatkan perhatian kepada unsur transenden dalam kehidupan manusia. Sungguhpun demikian, para nabi sering mencela tuhan-tuhan tetangga pagan mereka dengan penghinaan yang sangat buruk. Tuhan-tuhan buatan ini, dalam pandangan mereka, tidak lebih dari sekadar emas dan perak; mereka ditempa oleh seorang pandai besi dalam waktu beberapa jam; mereka punya mata tetapi tidak bisa melihat, telinga yang tidak bisa mendengar; mereka tidak dapat melangkah dan malah harus diangkat oleh penyembah mereka; mereka kasar dan bodoh, lebih rendah daripada manusia, tidak lebih baik dari orang-orangan untuk menakut-nakuti burung di kebun mentimun. Dibandingkan dengan Yahweh, elohim Israel, mereka adalah elilim, Tiada. Kaum goyim yang menyembah mereka adalah orang-orang bodoh dan Yahweh membenci mereka

Pada masa sekarang, kita begitu akrab dengan intoleransi yang sayangnya telah menjadi karakteristik monoteisme sehingga kita tidak memandang permusuhan terhadap tuhan-tuhan lain seperti ini sebagai sikap keagamaan yang baru. Paganisme pada dasarnya merupakan sebuah keyakinan yang toleran: kultus-kultus lama tidak merasa terancam oleh kedatangan tuhan baru, selalu ada ruang bagi tuhan-tuhan lain di dalam kuil untuk berjejer bersama sesembahan tradisional. Bahkan ketika ideologi baru Zaman Kapak menggantikan penyembahan tuhan-tuhan lama, tidak terdapat penolakan yang kasar terhadap dewa-dewa kuno. Kita telah melihat bahwa di dalam Hinduisme dan Buddhisme, orang dianjurkan untuk melampaui dewa-dewa daripada mencaci mereka. Namun, nabi-nabi Israel tidak mampu mengambil sikap lunak terhadap dewa-dewa yang mereka pandang sebagai saingan Yahweh. Dalam kitab suci Yahudi, dosa "pemberhalaan", penyembahan tuhan-tuhan "palsu", dianggap menjijikkan. Ini adalah reaksi yang, mungkin, mirip dengan kebencian yang dirasakan sebagian Bapa Gereja terhadap seksualitas. Dengan demikian, itu bukan reaksi yang rasional dan penuh pertimbangan, melainkan ungkapan kecemasan mendalam dan ketakutan. Apakah nabi-nabi ini mempunyai kekhawatiran terpendam tentang perilaku keagamaan mereka sendiri? Apakah mereka, barangkali, secara tak nyaman menyadari bahwa konsepsi mereka sendiri tentang Yahweh serupa dengan berhala kaum pagan, karena mereka menciptakan tuhan dalam citra mereka sendiri?

Perbandingan dengan sikap orang Kristen terhadap seksualitas dapat menerangkan hal yang lain. Dalam soal ini, kebanyakan orang Israel secara implisit percaya kepada eksistensi tuhan-tuhan pagan. Adalah benar bahwa lambat laun Yahweh mengambil alih fungsi Elohim orang Kanaan dalam beberapa hal: Hosea, misalnya, mencoba berargumentasi bahwa Yahweh merupakan dewa kesuburan yang lebih baik daripada Baal. Namun, jelas sulit bagi Yahweh yang telah terlanjur dikonsepsikan dalam citra maskulin untuk mengambil alih fungsi dewi semacam Asyera, Isytar, dan Anat, yang masih memiliki banyak penganut di kalangan orang Israel, terutama yang perempuan. Walaupun kaum monoteis akan bersikeras bahwa Tuhan mereka melampaui batasan gender, dia tetap pada dasarnya lelaki, meski kita akan saksikan ada beberapa kalangan yang mencoba memperbaiki ketidakseimbangan ini. Hal ini sebagian karena akarnya sebagai dewa perang kesukuan. Namun demikian, perselisihan soal ini merefleksikan karakter yang kurang positif dari Zaman Kapak, yang secara umum memandang rendah status perempuan. Tampaknya di dalam masyarakat yang lebih primitif, perempuan terkadang memiliki status lebih tinggi daripada laki-laki. Prestise dewi-dewi besar dalam agama tradisional merefleksikan penghormatan terhadap kaum perempuan. Akan tetapi, tumbuhnya perkotaan membuat kualitas-kualitas maskulin, seperti kekuatan fisik dan pertahanan diri lebih dihargai daripada karakteristik feminin. Sejak saat itu, kaum perempuan mulai terpinggirkan dan menjadi warga kelas dua dalam peradaban baru Oikumene. Posisi mereka sangat jelek di Yunani, misalnya—sebuah fakta yang hams diingat oleh Barat bila mereka mencela perilaku paternalistik orang Timur. Cita-cita demokratis tidak menjangkau kaum perempuan di Athena, yang hidup dalam keterkucilan dan dihinakan sebagai makhluk inferior. Masyarakat Israel juga menjadi lebih bernada maskulin. Pada masa-masa awal, kaum perempuan memiliki kekuatan dan dapat menempatkan diri mereka sejajar dengan suami mereka. Beberapa di antaranya, seperti Deborah, telah memimpin pasukan di medan perang. Orang Israel selalu mengagungkan pahlawan-pahlawan perempuan mereka, seperti Judith dan Ester, tetapi setelah Yahweh berhasil mengalahkan dewa-dewi Kanaan dan Timur Tengah kemudian menjadi satu-satunya Tuhan, agamanya dikelola hampir secara keseluruhan oleh kaum pria. Kultus dewi-dewi menyurut, dan ini merupakan gejala perubahan kultural yang mencirikan dunia peradaban baru

Jasa pembuatan legalitas perusahaan, atau pembuatan dokumen PT, CV, PMA
Jasa pembuatan pendirian PT, CV, PMA, serta Jasa pembuatan pendirian Yayasan
Murah, Cepat, terpercaya www.konsultanlegalitas.co.id

Kita akan melihat bahwa kemenangan Yahweh diraih dengan susah payah. Kemenangan itu melibatkan penderitaan, kekerasan, dan konfrontasi, serta memperlihatkan bahwa agama bam dengan Tuhan Yang Esa tidak datang dengan mudah kepada orang Israel seperti Buddhisme atau Hinduisme datang kepada masyarakat Anak Benua India. Yahweh tampaknya tidak mampu mentransendensikan tuhan-tuhan yang lebih tua dalam cara yang damai dan alamiah. Dia hams melawan habis semuanya. Karena itu, dalam Mazmur 82 kita menyaksikan dia membuat ketentuan tentang kepemimpinan Majelis Suci yang telah memainkan peran penting di dalam mitos orang Babilonia maupun Kanaan:

Yahweh mengambil posisi dalam Majelis El untuk membuat keputusan di kalangan para allah.29 "Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang yang sengsara dan orang yang kekurangan! Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!" Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi. Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi [El Elyon] kamu sekalian. Namun, seperti manusia kalian akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas."

Like

1

Love

2

Haha

0

Wow

0

Sad

0

Angry

0

Artikel Terkait

Comments (0)

Leave a comment