Pendidikan Jarak Jauh di Masa Pandemi Corona
PENDIDIKAN JARAK JAUH DI MASA PANDEMI
Pendidikan jarak jauh (bahasa Inggris: distance education) adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan instrukturnya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya. Pembelajaran elektronik (e-learning) atau pembelajaran daring (online) merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan teknologi elektronika dan teknologi berbasis internet.
Kemajuan yang terjadi dalam dunia teknologi komunikasi dan informasi memunculkan peluang maupun tantangan baru dalam dunia pendidikan. Peluang baru yang muncul termasuk akses yang lebih luas terhadap konten multimedia yang lebih kaya, dan berkembangnya metode pembelajaran baru yang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Di sisi lain kemajuan teknologi dengan beragam inovasi digital yang terus berkembang juga menghadirkan tantangan baru bagi penyelenggara pendidikan untuk terus menyesuaikan infrastruktur pendidikan dengan teknologi baru tersebut.
Pendidikan jarak jauh bukan metode baru dalam sistem pendidikan. Metode pembelajaran ini telah digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1892 ketika Universitas Chicago meluncurkan program pembelajaran jarak jauh pertamanya untuk tingkat pendidikan tinggi. Metode pembelajaran jarak jauh terus berkembang dengan menggunakan beragam teknologi komunikasi dan informasi termasuk radio, televisi, satelit, dan internet. Meluasnya penggunaan internet oleh publik di berbagai negara pada tahun 1996 menjadi suatu fenomena yang berkembang dan diikuti oleh kemunculan beragam konten digital di dalamnya. Pada tahun yang sama, John Bourne mengembangkan Asychronous Learning Network Web yang merujuk kepada kemampuan untuk memberikan pendidikan kapan saja dan di mana saja melalui internet.
Sejatinya, guru maupun orangtua ingin memberikan pengajaran yang terbaik bagi anak. Namun, situasi tak menentu akibat Covid-19, membuat sesi belajar mengajar cukup menantang. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud) Nadiem Makarim mengakui bahwa guru, siswa, dan juga orangtua harus menghadapi masa adaptif yang tidak mudah, penuh kebingungan dan ketidakpastian. Karena itulah, Nadiem memberikan sejumlah tips bagi para guru agar pengajaran jarak jauh dapat lebih lancar dilalui, sekaligus menyenangkan bagi siswa. Merangkum dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, Jumat (8/5/2020), berikut tips Mendikbud untuk para guru dalam menjalani pembelajaran jarak jauh: Baca juga: Universitas Pertahanan Buka Pendaftaran S1, Bebas Biaya Kuliah
Baca Juga: Globalisasi, Baik atau Buruk?
1. Keluar dari zona nyaman Nadiem menyebut, cara terbaik untuk belajar suatu hal baru adalah keluar dari zona. "Itu satu-satunya cara untuk memperbaiki diri," tegas Mas Nadiem dalam program Belajar dari Covid-19 pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2020, Jakarta, Sabtu (2/5/2020) lalu. Sehingga, guru disarankan untuk beradaptasi menemukan metode pengajaran terbaik untuk para siswa, dan tak lagi terpaku pada metode yang selama ini digunakan di sekolah.
2. Membagi kelas menjadi kelompok yang lebih kecil Tidak semua murid punya level kompetensi yang sama, yang unggul di satu bidang belum tentu unggul di bidang yang lain. Karena itu, Nadiem menyerukan agar guru membentuk kelompok anak sesuai dengan kompetensinya. Baca juga: 10 Politeknik Negeri Ini Masih Buka Pendaftaran, Subsidi Uang Kuliah "Cobalah membagi kelompok belajar berdasarkan kompetensi yang sama," kata menteri termuda di Kabinet Indonesia Maju ini.
3. Mencoba "project based learning" Saran selanjutnya ialah para guru dapat mencoba project based learning. Menurut Nadiem, belajar dari rumah bukan berarti harus belajar sendiri. Ajak murid untuk belajar berkolaborasi dengan teman-temannya di dalam suatu grup melalui project based learning ini. Walau tidak akan langsung lancar, tetapi guru harus mulai mencoba. "Ini melatih empati mereka dan juga kemampuan mereka untuk mendorong satu sama lain. Dan secara otomatis, asas gotong-royong mereka terbentuk," ujarnya. Lebih lanjut Nadiem berpesan, "Jangan meremehkan kemampuan anak untuk mengatur dirinya jika mereka saling tergantung dengan murid lainnya."
4. Mengalokasikan lebih banyak waktu bagi siswa tertinggal Momen belajar dari rumah merupakan kesempatan untuk memberikan fokus yang lebih banyak kepada murid-murid yang tertinggal dalam pembelajaran saat di kelas. "Sehingga mereka bisa lebih percaya diri ketika mereka bergabung lagi di kelas saat Covid-19 ini berakhir sehingga bisa mengejar dalam waktu ini,” tutur Mendikbud. Baca juga: Orangtua Beri Iming-iming Agar Anak Mau Belajar, Bolehkah? Momen belajar dari rumah, lanjutnya, mungkin menjadi waktu yang tepat bagi orang tua untuk lebih memahami dan membantu tantangan belajar anak-anak mereka.
5. Fokus kepada yang terpenting Di saran kelima, Nadiem kembali menegaskan bahwa tidak ada keharusan untuk mengejar ketuntasan kurikulum, maka inilah saat yang tepat untuk bereksperimen dengan alokasi waktu. "Daripada kejar tayang semua topik, mungkin ini kesempatan emas untuk menguatkan konsep-konsep fundamental yang mendasari kemampuan murid-murid untuk bisa sukses di mata pelajaran apapun. Contohnya seperti di literasi, numerasi, dan pendidikan karakter," jelasnya.
6. Berbagi informasi sesama guru Sama dengan murid, kemampuan guru juga berbeda-beda. Ada guru yang lebih cepat beradaptasi dengan teknologi, tetapi ada juga guru yang lebih lambat. Untuk itulah, Mendikbud mengajak para guru untuk tidak enggan saling berbagi informasi antarsesama guru. “Ini akan meningkatkan semangat guru," ujarnya.
7. Mengajar dengan hati senang Mengajar memang tidak mudah, tapi tidak harus membosankan. Mendikbud mengingatkan agar guru tetap menjalankan perannya sebagai pendidik dengan hati yang senang. "Walaupun kita dalam krisis, ini saatnya kita mencoba hal-hal yang dari dulu mungkin kita masih ragu, tapi di dalam hati kita merasa bahwa ini yang terbaik untuk para murid kita. Maka inilah saat kita mendengarkan insting kita sebagai guru dan orang tua dan bukan mengikuti proses seadanya," tuturnya.
Demikian arikel yang dapat saya berikan, semoga bermanfaat.
Membaca anda dibatasi, Hanya dengan membayar Rp 12 untuk dapat membaca seluruh konten
Pay now, to get full reading
already purchased? Log in
Comments (0)